
Kemenangan telak Presiden Donald Trump dalam pemilu memicu gerakan budaya dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern, membuktikan bahwa keberaniannya semakin menular.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok politik kiri secara agresif mendorong agenda penindasan, penindasan, dan sensor terhadap warga Amerika biasa. Tindakan berlebihan tersebut termasuk mempromosikan agenda transgender radikal yang mengabaikan hak-hak orang tua, mendorong narasi budaya yang mengasingkan sebagian besar negara, menoleransi anti-Semitisme yang terang-terangan, dan melemahkan keamanan nasional melalui kebijakan perbatasan yang terbuka.
Kemenangan Trump bukan hanya sebuah kebangkitan politik, namun juga perubahan budaya.
Tindakan kelompok kiri juga mencakup mempersenjatai sistem peradilan terhadap Trump dan para pendukungnya, menyensor perbedaan pendapat melalui saluran publik dan swasta, dan mempromosikan retorika yang memecah belah yang memicu kekerasan. Faktor-faktor ini menciptakan gelombang ketidakpuasan yang mendorong Trump kembali berkuasa dengan margin elektoral dan suara populer Partai Republik terbesar dalam beberapa dekade.
Kubu Demokrat yang berkuasa, bersama dengan kaum kiri progresif di dunia akademis, media, dan institusi lainnya, telah memupuk budaya ketakutan. Siapa pun yang tidak setuju berisiko dikritik, diselidiki, atau dipinggirkan.
Media berita telah menghabiskan lebih dari delapan tahun menyebarkan cerita palsu tentang kolusi Rusia, pemakzulan yang tidak berdasar, pemberontakan yang berlebihan dibandingkan dengan Pearl Harbor dan 9/11, dan mengklaim bahwa keamanan perbatasan atau penarikan pasukan dari Afghanistan dapat dikelola.
Pengkhianatan ini kini terkuak. Dengan terpilihnya Trump, ada laporan dan rumor yang menunjukkan bahwa CNN dan MSNBC menghadapi potensi penjualan perusahaan induk mereka. Peringkat mereka anjlok, mencerminkan penolakan publik terhadap retorika anti-Amerika mereka. Institusi-institusi yang dahulu membentuk wacana nasional kini terekspos sebagai lembaga propaganda dan bukan penyampai kebenaran. Dengan menyalahgunakan kepercayaan publik, mereka telah kehilangan kepercayaan tersebut.
Kebakaran budaya ini tidak hanya terjadi pada tanggal 5 November. Kebakaran semakin intensif dengan penggerebekan FBI di Mar-a-Lago, dakwaan tak berdasar, foto Trump, kemunculannya di pengadilan, bias politik yang terlihat dari hakim, dan bahkan upaya pembunuhan yang hampir berhasil. Media memanipulasi atau mengabaikan berita-berita ini berdasarkan apa yang paling sesuai dengan tujuan politik mereka. Kebakaran hutan berkobar ketika Trump dengan menantang menyerukan “Lawan!” berjuang! berjuang! Kembalinya dia di Butler, Pennsylvania, rapat umum epiknya di Madison Square Garden, dan akhirnya kemenangan telaknya pada malam pemilihan.
Sejak hari pemilu, keberanian Trump telah menular ketika rakyat Amerika merebut kembali negaranya dan memercayainya untuk memimpin kita keluar dari kekacauan budaya ini.
Penolakan terang-terangan terhadap represi sayap kiri yang ditandai dengan hasil pemilu tidak hanya terbatas pada kotak suara saja. Hal ini terjadi di forum-forum yang tidak terduga, termasuk di forum-forum di mana dukungan publik terhadap Trump telah lama ditanggapi dengan pengucilan dan sanksi. Atlet profesional menampilkan “Trump Dance”, video warga Amerika yang merayakan kebebasan menjadi viral, dan para pemimpin internasional secara terbuka menyelaraskan diri dengan cetak biru Trump untuk perdamaian dan kemakmuran global.
Momen-momen ini diterima oleh jutaan orang dan menggambarkan bagaimana keberanian seseorang menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejaknya. Tindakan-tindakan ini tidak hanya bersifat simbolis; Itu adalah deklarasi solidaritas terhadap filosofi America First, yang merayakan kebebasan, peluang, dan patriotisme tanpa penyesalan.
Kemenangan Trump bukan hanya sebuah kebangkitan politik, namun juga perubahan budaya. Hal ini menandai kecaman terhadap perpecahan, penyensoran, dan pelanggaran birokrasi. Lebih penting lagi, hal ini menandai dimulainya era baru harapan, persatuan dan kemakmuran. Perayaan yang kita lihat di stadion sepak bola, di media sosial, dan di tempat lain melambangkan kegembiraan kolektif yang melampaui batas-batas politik. Hal-hal tersebut mengingatkan kita bahwa eksperimen Amerika terus berlanjut, bahwa semangat kita terus membara, dan bahwa hari-hari terbaik kita sudah di depan mata.
Kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan mengingatkan kita akan kekuatan keyakinan, bahkan ketika menghadapi oposisi yang sangat besar. Saat kita bergerak maju, marilah kita menerima tujuan baru ini. Keberanian itu menular, dan seiring dengan semakin banyaknya orang Amerika yang suaranya didengar, efek riaknya akan membentuk masa depan sebuah bangsa yang terbebani, lebih dari sebelumnya, untuk memulihkan nilai-nilai kebebasan, keadilan, dan kesetaraan.